Blog Archive

Categories

Popular Posts

Pages

Langsung ke konten utama

Bentuk Pelaksanaan Yajña dalam Kehidupan Sehari - Hari

Sarana Upacara Yajña
 

ye yathā māṁ prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham,
mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah.
(Bhagavadgītā IV.11.)
‛Sejauh mana orang menyerahkan diri kepadaku, aku menganugrahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu, semua orang menempuh jalanku, dalam segala hal, Wahai putra Pārtha’.
Banyak jalan yang bisa kita tempuh untuk menghubungkan diri dengan Tuhan yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa). Berdasarkan waktu pelaksanaanya, Yajña dapat dibedakan menjadi:

1. NityᾱYajña, yaitu Yajña yang dilaksanakan setiap hari, contohnya.
a) Tri Sandhya merupakan bentuk Yajña yang dilaksanakan setiap hari, dengan kurun waktu pagi hari, siang hari, sore hari. Tujuanya adalah untuk memuja kemahakuasaan, mohon anugrah keselamatan, mohon pengampunan atas kesalahan dan kekurangan yang kita lakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
b) YajñaŚeṣa/masaiban/ngejot adalah Yajña yang dilakukan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya setelah memasak atau sebelum menikmati makanan. Tujuannya adalah sebagai ucapan rasa bersyukur dan trima kasih dan segala anugrah yang telah dilimpahkan kepada kita.
c) JñānaYajña merupakan Yajña dalam bentuk pengetahuan. Dengan melalui proses belajar dan mengajar. Baik secara formal maupun secara informal. Umat Hindu hendaknya menyadari membiasakan diri belajar, karena hal itu merupakan salah satu cara mendekati diri kepada Sang Hyang Widhi Waasa (Yajña).

2. NaimittikaYajña adalah Yajña yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang sudah di jadwal, dasar perhitungan adalah :
a) Berdasarkan perhitungan warna, perpaduan antara TriWara dengan PañcaWara. Contoh: Hari Kajeng kliwon. Perpaduan antara PañcaWara dengan Sapta Wara. Contohnya: Budha wage, Budha kliwon, Anggara kasih dan lain sebagainya.
b) Berdasarkan penghitungan Wuku. Contohnya: Galungan, Pagerwesi, Saraswati, Kuningan.
c) Berdasarkan atas penghitungan Sasih. Contohnya: Purnama, Tilem, Nyepi, Śiwa Rātri.

3. Insidental adalah Yajña yang didasarkan atas adanya peristiwa atau kejadian-kejadian tertentu yang tidak terjadwal, dan dipandang perlu untuk dibuatkan atau melaksanakanya Yajña.
Melaksanakan Yajña diharapkan menyesuaikan dengan keadaan, kemampuan, dan situasi. Secara kwantitas Yajña dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Kanista, artinya yajña tingkatan yang kecil.
2) Madhya artinya yajña pada tingkatan sedang.
3) Utama artinya yajña pada tingkatan besar

Keberhasilan sebuah Yajña bukan ditentukan oleh kemewahan, besar kecilnya materi yang dipersembahkan. Keberhasilan suatu Yajña sangat ditentukan oleh kesucian dan ketulusan hati serta kwalitas dari pada Yajña tersebut. Berkaitan dengan kwalitas Yajña dalam sastra Agama Hindu disebutkan sebagai berikut.

Aphalākāṅkṣibhir yajño vidhi-dṛṣṭo ya ijyante,
yaṣṭaavyam eveti manaḥ samādhāya sa sāttvikaḥ.
(Bhagavadgitā XVII.II.)
Terjemahan:
ʻDiantara korban-korban suci korban suci yang dilakukan menurut kitab suci,
karena kewajiban, oleh  orang yang tidak  mengharapkan pamerih,
adalah korban suci dalam sifat kebaikanʼ.

Berdasarkan sloka di atas, dapat di jelaskaan bahwa ada tiga pembagian Yajña dilihat dari kwalitasnya yaitu.
1. TāmasikaYajña adalah Yajña yang dilaksanakan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk śāstra, mantra, kidung suci, dakṣiṇa dan ŝraddhā.
2. RājasikaYajña adalah Yajña yang dilaksanakan dengan penuh harapanakan hasilnya dan bersifat pamer
3. SāttwikaYajña adalah Yajña yang dilaksanakan berdasarkan śraddhā, lascarya, śāstra agama, dakṣiṇa, anasewa, nāsmita
Untuk mewujudkan pelaksanaan Yajña yang sāttwika, ada tujuh syarat yang wajib untuk dilaksanan sebagai berikut:
a) Śraddhā artinya melaksanakan Yajña dengan penuh keyakinan.
b) Lascarya artinya melaksanakan Yajña dengan pengorbanan.
c) Śāstra yaitu melaksanakan Yajña dengan berdasarkan sumber śāstra yaitu śruti, smŗti, śila, ācāra, ātmanastuṣṭi.
d) Dakṣiṇa adalah pelaksanaan Yajña dengan sarana upacra (benda atau uang).
e) Mantra dan Gītā adalah pelaksanaan Yajña dengan Mantra dan melantunkan lagu-lagu suci/kidung untuk pemujaan.
f) Annasewa, Adalah Yajña yang dilaksanakan dengan persembahan makan kepada para tamu yang menghadiri upcara (AtithiYajña).
g) Nāsmita adalah Yajña yang dilaksanakan dengan tujuan bukan untuk memamerkan kemewahan dan kekayaan.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa melaksanakan Yajña merupakan korban suci yang dilandasi dengan tulus ikhlas akan memberikan suatu kebahagiaan bagi para orang yang melaksanakannya. Dalam pelaksanaan Yajña mengandung nilai-nilai yang luhur yang mampu menuntun seseorang untuk mencapi kehidupan yang sejahtera lahir dan batin.sesuai dengan tujuan hidup yang ada dalam agama Hindu (Mokṣārtham jagadhita ya ca iti dharma).
Keberadaan cerita Rāmāyana boleh jadi memiliki perjalanan kesejarahan yang panjang serta dibawa bersamaan dengan munculnya kebudayaan Hindu dari India ke Nusantara. Dalam perjalanannya tersebut, tentu terdapat persinggungan kebudayaan yang unik antara India dengan Nusantara atau bahkan dengan Asia. Keunikan tersebut dibuktikan dengan munculnya berbagai versi gubahan atau saduran pada masa awal persebaran cerita Rāmāyana dari India ke berbagai daerah di Asia hingga Nusantara.
Tidak hanya pengaruh agama, saat penyebaran cerita ini, terdapat pula kontak sejarah kebudayaan yang cukup erat antara agama Hindu di Asia dan di India. Kontak ini meliputi seluruh elemen yang ada dalam kehidupan, khususnya nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita Rāmāyana.
Rāmāyana telah memainkan peran penting dalam proses perpindahan dan penyebaran elemen Hindu dari India ke negara-negara di Asia. Nilai-nilai Hindu selalu terlihat di mana pun kisah Valmiki diadopsi oleh negara-negara di Asia. Namun, nilai-nilai Hindu ini diserap dengan memperhatikan budaya asli negara itu termasuk di Nusantara.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Terakhir

8-latest-65px

Comments

8-comments