Lalu, ada apa?
Apakah ini salah?
Heuheuheu..
Gelak tawa ini jadi saksi
Bahwa semesta mulai iseng penuh arti..
Oh sintaa..
Mengapa kau masih tersipu
Dengan sikap lugu dan malu itu
Kau sembunyikan sempurna wajahmu..
Lihatlah diriku
Sebenernya aku malu..
Bagaimana tidak?
Akulah sang Rahwana, sang Dasamuka
Aku tampakkan semua wajah asli ku..
Tanpa ada topeng yg membelenggu
Aku tampil apa adanya..
Lebih adiluhung dari pria yg berwajah tunggal..
Tapi, aku heran padamu Sinta
Apakah kau lebih memilih pria..
Yg katanya rupawan tunggal wajahnya..
Namun menyembunyikan seribu kedok nyaa..
"Heuheu, jancuk", sih dalam hati..
Kuakui warna hidupku memang hitam legam..
Lebih hitam dari malam yg mencekam..
Tapi ketahuilah Sinta..
Kegelapan diperlukan untuk melindungi seluruh warna
Bahkan semesta juga berkata
"jikalau tak ada hitam putih, maka cendrawasih takkan seindah sapaan senja"
Cendrawasih pun tertunduk malu..
Mengangkat bangga ekor indahnya..
Yg hampir kalah saing dengan kesempurnaan mu, oh Sinta..
Tapi, bolehkah aku jujur?
Sebenarnya..
Bukan kesempurnaan mu yg aku damba..
Tapi dzat mu lah yg aku pujaa..
Karena menurutku..
Semua wanita adalah wajah Tuhan yg paling nyata di muka semesta ini..
Asu, sok merayu, heuheu
Oh, Sintaa..
Ketahuilah warna indahmu terlalu polos,
hingga mudah terkecoh oleh kejujuran yg hitam putih..
Aku hanya berparadoks sementara..
Karena..
Menerima ketidaksempurnaan, itulah kesempurnaan, Sinta..
Aku setia dengan dingin sikapmu yg melekat,
Karena adanya senyum hangat disetiap saat..
Jangan salahkan aku, Sinta..
Cinta tumbuh begitu saja, tanpa pernah ada rencana..
Ohh, Tuhan, jika cinta ini terlarang,
Mengapa kau bangun megah perasaan ini dalam sukmaku..
Tuhan yg maha asik pun bersabda...
"Sudah kubilang aku iseng aja cuk"
Hingga akhirnya semesta ikut tertawa terbahak~
"heuheuheu"
**
Terjudul:
Kasih, aku lala padamu
Komentar
Posting Komentar