Blog Archive

Categories

Popular Posts

Pages

Langsung ke konten utama

Sloka kitab suci yang menjelaskan sumber Hukum Hindu

 Pura Jagat Hita Karana

 

Himpunan sabda suci Tuhan Yang Maha Esa disebut Veda, dan bentuknya berupa syair-syair yang indah disebut mantra. Veda bagaikan seorang ibu yang membimbing mereka yang beriman untuk memperoleh kemakmuran, panjang umur, kehidupan yang penuh semangat kerja, kemasyhuran, kekayaan dan kemuliaan. Sloka adalah sejenis puisi yang mengandung ajaran, biasanya terdiri dari 4 (empat) larik yang berirama yang mengandung sampiran dan isi.

“Diskusikanlah kutipan bait-bait sloka kitab suci” berikut ini dengan; teman anda, orang tua di rumah, dan siapa saja yang menurut anda pantas diajak berdiskusi. Buatlah laporan hasil diskusi anda, selamat mencoba...!

Berikut ini dapat disajikan beberapa sloka dari kitab suci yang menggariskan Veda sebagai sumber hukum yang bersifat universal, antara lain sebagai

berikut:

“Yaá pàvamànir adhyeti

åûibhiá saý bhåaý rasam.

sarvaý sa pùtam aúnati

svaditaý màtariúvanà”

Terjemahan:

“Dia yang menyerap (memasukkan ke dalam pikiran) melalui pelajaranpelajaran pemurnian intisari mantra-mantra Veda yang diungkapkan kepada para rsi menikmati semua tujuan yang sepenuhnya dimurnikan yang dibuat manis oleh Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi napas hidup semesta alam (Ågveda IX.67.31).

 

“Pàvamànir yo adhyetiåûibhiá

saýbhåaý rasam

tasmai sarasvati duhe

kûiraý sarpir madhùdakam”.

Terjemahan:

‘Siapapun juga yang mempelajari mantram-mantram veda yang suci yang berisi intisari pengetahuan yang diperoleh para rsi, Devi pengetahuan (yakni Sang Hyang Saraswati) menganugerahkan susu, mentega yang dijernihkan, madu dan minuman Soma (minuman para Deva)’(Ågveda IX.67.32).

 

“Iyam te rad yantasi yamano

dhruvo-asi dharunah.

kryai tva ksemaya tva

rayyai tva posaya tva”.

Terjemahan:

Wahai pemimpin, itu adalah negara mu, engkau pengawasnya. Engkau mawas diri, teguh hati dan pendukung warga negara. Kami mendekat padamu demi perkembangan pertanian, kesejahteraan manusia, kemakmuran yang melimpah” (Yajurveda IX.22).



 “Ahaý gåbhóàmi manasà manàýsi

mama cittam anu cittebhir eta.

mama vaseûu hrdayàni vah krnomi,

mama yàtam anuvartmàna eta”.

Terjemahan:

“Wahai para prajurit, Aku pegang (samakan) pikiranmu dengan pemikiran- Ku. Semoga anda semua mengikuti aku menyesuaikan pikiran mu dengan pikiran-ku. Aku tawan hatimu. Temanilah aku dengan mengikuti jalan-Ku, (Atharvaveda, VI.94.2).

 

Veda merupakan karunia ibu Saraswati, dan orang-orang yang mempelajari serta mengamalkannya dengan keyakinan yang mantap akan terpenuhi keinginannya. Mantra-mantra Veda mengandung kekuatan kedevataan dan sabda suci ini hendaknya diajarkan kepada semua orang dalam profesi apapun di masyarakat bahkan orang-orang asingpun tidak tertutup untuk mempelajari kitab suci Veda, ajarannya bersifat abadi memberikan perlindungan kepada umatnya. Selanjutnya kitab smrti menjelaskan sebagai berikut;


“Kàmàtmatà na praúasta

na caiwe hàstya kàmatà,

kàmyo hi wedàdhigamaá

karmayogasca waidikaá”

Terjemahan:

Berbuat hanya karena nafsu untuk memperoleh phala tidaklah terpuji namun berbuat tanpa keinginan akan phala tidak dapat kita jumpai di dunia ini karena keinginan-keinginan itu bersumber dari mempelajari Veda dan karena itu setiap perbuatan diatur oleh Veda (Manawa Dharmasastra, II.2).

 

“Teûu samyag vartta màno

gacchatya maralokatàm,

yathà samkalpitàýúceha

sarwan kaman samaúnute”

Terjemahan:

Ketahuilah bahwa ia yang selalu melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah diatur dengan cara yang benar, mencapai tingkat kebebasan yang sempurna kelak dan memperoleh semua keinginan yang ia mungkin inginkan (Manawa Dharmasastra, II.5).

 

“Yo’ varnanyeta te mùle

hetu úàstràúrayad dvijaá,

sa sàdhubhir bahiûkàryo

nàstiko vedanindakaá”.

Terjemahan:

Setiap dwijati yang menggantikan dengan lembaga dialektika dan dengan memandang rendah kedua sumber hukum (Sruti dan Smrti) harus dijauhkan dari orang-orang bijak sebagai seorang atheis dan yang menentang Veda (Manawa Dharmasastra, II.11).

 

“Kitrúaá sisyo ‘dhyàpya ityàha;

àcàrya putrah úuúrusur

jnànado dharmika úuciá,

àptaá úakto rthadaá sàdhuá

svo ‘dhyàpyo daúa dharmataá”.

Terjemahan:

Menurut hukum suci, kesepuluh macam orang-orang berikutnya adalah putra guru yaitu ia yang berniat melakukan pengabdiannya, ia yang memberikan pengetahuan, orang yang sepenuh hatinya mentaati UU, orang yang suci, orang yang berhubungan karena perkawinan atau persaudaraan orang yang memiliki kemampuan rohani, orang yang menghadiahkan uang, orang yang jujur dan keluarga (mereka) dapat mempelajari Veda (Manawa Dharmasastra, II.109).

 

 “Yam eva tu úuciý vidyàm

niyataý brahmacàrinam,

tasmai màý brùhi vipràya

nidhipàyà pramàdine”.

Terjemahan:

Tetapi serahkanlah saya kepada seorang brahmana yang anda ketahui pasti bahwa ia orang yang sudah suci, yang bisa mengendalikan panca indranya, berbudi baik dan tekun (Manawa Dharmasastra, II.115).

 

“Pitådeva manuûyànàm

Vedaú cakûuá sanàtanam,

aúakyaý càprameyaý ca

vedaúàstram iti sthitiá”.

Terjemahan:

Veda adalah mata yang abadi dari para leluhur, Deva-Deva, dan manusia; peraturan-peraturan dalam Veda sukar dipahami manusia dan itu adalah kenyataan yang pasti (Manawa Dharmasastra, XII.94).

 

“Ya veda vàhyà småtayo

yàs ca kàs ca kudåûþayaá,

sarvàsta niûphalàá pretya

tamo niûþhà hi tà småtàá”

Terjemahan:

Semua tradisi dan sistem kefilsafatan yang tidak bersumber pada Veda tidak akan memberi pahala kelak sesudah mati karena dinyatakan bersumber dari kegelapan (Manawa Dharmasastra, XII.95).

 

“Utpadyànte cyavante ca

yànyato ‘nyàni kànicit,

tànyarvakalika tayà

niûphalànya nåtàni ca”.

Terjemahan:

Semua ajaran yang timbul, yang menyimpang dari Veda segera akan musnah, tidak berharga dan palsu karena tak berpahala (Manawa Dharmasastra, XII. 96).

“Vibhartti sarva bhùtàni

veda úàstraý sanàtanam,

tasmàd etat param manye

yajjantorasya sàdhanam”.

Terjemahan:

Ajaran Veda menyangga semua makhluk ciptaan ini, karena itu saya berpendapat, itu harus dijunjung tinggi sebagai jalan menuju kebahagiaan semua insan (Manawa Dharmasastra, XII. 99).

 

“Senàpatyaý ca ràjyaý ca

daóða netåtwam eva ca,

sarva lokàdhipatyaý ca

veda úàstravid arhati”.

Terjemahan:

Panglima angkatan bersenjata, Pejabat pemerintah, Pejabat pengadilan dan penguasa atas semua dunia ini hanya layak kalau mengenal ilmu Veda itu (Manawa Dharmasastra, XII.100)

.

“Doûair etaiá kula-ghnànàý

varna-saókara-kàrakaih,

utsàdyante jàti-dharmàá

kula-dharmàú ca úàúvatàá”.

Terjemahan:

Karena dosa dan kehancuran keluarga ini membawa keruntuhan bagi hukum golongan (varna dharma), kebiasaan keluarga dan hukum keluarga hancur untuk selama-lamanya, (Bhagawadgìtà, I.43).

 

 “Atha cet tvam imaý dharmyaý

saògràmaý na kariûyasi,

tatah sva-dharmaý kirtiý ca

hitvà pàpam avàpsyasi”.

Terjemahan:

Akhirnya bila engkau tidak berperang, sebagaimana kewajiban, dengan meninggalkan kewajiban dan kehormatan, maka penderitaanlah yang akan

kau peroleh, (Bhagawadgìtà, II.33).

 

“Yadà yadà hi dharmasya

glànir bhavati bhàrata,

abhyutthànam adharmasya

tadàtmànam srjàmy aham”.

Terjemahan:

Sesungguhnya manakala dharma berkurang kekuasaannya dan tirani hendak merajalela, wahai arjuna, saat itu aku ciptakan diriku sendiri, (Bhagawadgìtà, IV.7).

 

“Paritràóàya sàdhànàý

vinàsàya ca duûkrtàm,

dharma-saýsthàpanàrthaya

sambhavàmi yuge-yuge”.

Terjemahan:

Untuk melindungi orang-orang baik dan untuk memusnahkan orang-orang jahat, Aku lahir ke dunia dari masa ke masa, untuk menegakkan dharma, (Bhagawadgìtà, IV.8).

 

“Kûipram bhavati dharmàtmà

úaúvac-chàntiý nigacchati,

kaunteya pratijànihi

na me bhaktaá pranaúyati”.

Terjemahan:

Dengan segera ia menjadi orang benar dan mencapai kedamaian yang kekal abadi; ketahuilah, wahai Arjuna, para pemuja-Ku pasti tak akan memusnahkan, (Bhagawadgìtà, IX.31).

 

“Çrutyuktaá paramo dharmastathà

smrti gato ‘parah,

çistàcàrah parah proktasrayo

dharmàá sanàtanàá.

 

Kunang kengetakena, sasing kajar de sang hyang çruti dharma ngaranika,

sakajar de sang hyang smrti kuneng dharma ta ngaranika, çistacara kunang,

acaranika sang çista, dharma ngaranika, sista ngaran sang hyang satyawadi,

sang apta, sang patisthan, sang panadahan upa deça sangksepa ika katiga,

dharma ngaranira.

Terjemahan:

Adapun yang patut untuk diingat-ingat, semua apa yang diajarkan oleh Çrutidisebut dharma, semua yang diajarkan oleh Smrti pun dharma namanya,demikian pula tingkah laku orang çista disebut dharma, yang disebut çistaadalah yang berkata-kata benar, orang yang dapat dipercaya, orang yang menjadi tempat pensucian, orang yang menjadi tempat menerima ajaran kerohanian, singkatnya ketiganya itu, dharma namanya, (Sarasamuçcaya, 40).

 

“Çruyatàm dharmasàswam

çrutwà çaiwopadhàryatàm,

atmanah pratikùlani na

paresàm samàcara.

Matangnyan rengo sarwadàya, paramàrtha ning sinangguh dharma telas

rinengonta çupwanantà ta ri hati, ikang kadi ling mami ngùni wih, sasing tak

kahyun yàwakta, yatika tanulahakenanta ring len.

Terjemahan:

Karena itu dengarkanlah segala upaya, makna yang dianggap dharma, setelah engkau mendengarnya, camkan itu baik-baik di hati, sebagai mana yang telah saya katakan sebelumnya, segala sesuatu yang tidak berkenan di hatimu, yang itu janganlah hendaknya engkau lakukan kepada orang lain, (Sarasamuçcaya, 44).

 

 “Dharmaçcennàwasideta

kapàlenàpi jiwataá,

àdhyo smityawagantawyam

dharma wittà hi sadhawaá”.

Yadyapin atyanta daridra keta ngwang, mahuripa ta dening tasyan, yan

langgeng apageh ring dharmàprawrtti, hidepen ta sugih jugàwakta, apan

anghing dharmaprawrtti, màs manik sang sàdhu ngaranira, yatika prihen

arjanan, yatika ling mami màs manik tan kena ring corahhayàdi.

Terjemahan:

Walaupun sangat miskin dan hidup dari hasil meminta-minta, jika tetap teguhdalam menjalankan dharma, anggaplah dirimu kaya juga, sebab perbuatandharma itulah merupakan artha kekayaan orang yang saleh, yang itu supayadiusahakan, yang itu yang kukatakan harta kekayaan yang tak dapat dicuri,dirampas dan sebagainya, (Sarasamuçcaya, 50).

 

“Dharmamàçarato wrttiryadi

nopagamisyati,

na nama kin çilochàmbu

çàkàdyapi wipatsyate”.

Lawan ling mami, ika sang kewala tumungkulanang dharma-prawrtti, tàtan

penemwa upajìwananira, apa matangnya tar polih angasag, gagan, wwai,

lwirning sulabha takwanani harakanira.

Terjemahan:

Lagi pula kata ku, orang yang tekun melaksanakan dharma orang yang tekun melaksanakan dharma, tidak akan tidak memperoleh penghidupannya, apa sebabnya tidak mendapatkan makanan, sayur-sayuran, air, segala macam itu seakan-akan menawarkan dirinya untuk menjadi makanannya, (Sarasamuçcaya, 51).

 

Dharma “hukum” hendaknya dipedomani dan dilaksanakan dengan sungguh sungguh dalam pengabdian hidup ini guna mewujudkan hidup yang sejahtera dan bahagia. Demikian hendaknya perbuatan kita dalam keseharian, betapapun sibuknya dalam melaksanakan dharma. Usahakanlah sebagai sambilan mencari harta dalam kesibukan hidup ini. Bagaikan sepasang sapi yang menyandang bajak di belakangnya, mengelilingi sawah disambilkan juga mencabut rumput yang dekat padanya sehingga menjadi senang.

Komentar

Postingan Terakhir

8-latest-65px

Comments

8-comments